Senin, 26 November 2018

EPISODE 4

Hasil gambar untuk gambar novel komet tere liye
            “Kamu tahu kenapa Ali tidak masuk?” Aku bertanya pada Seli.
            Seli mengangkat bahu.
            “Bukankah tadi malam dia menemuimu, memberikan novel itu?”
            “Iya memang. Tapi aku tidak tahu kenapa dia tidak masuk. Lagi pula itu Ali, kan? Dia bisa saja tidak masuk karena terlalu sibuk di basement rumahnya. Eksperimen aneh-aneh miliknya.” Seli meneruskan menyendok bakso.

            Istirahat pertama, setelah pelajaran biologi, perutku lapar. Senasib denganku, Seli mengajakku ke kantin, makan bakso. Sekitar kami ramai oleh celoteh pengunjung kantin. Anak-anak basket duduk tidak jauh di dekat kami, juga anak-anak kelas dua belas. Satu-dua anak-anak basket menyapa kami tadi, karena Ali anggota tim basket sekolah. Kami berdua jadi lebih dikenal oleh senior sekolah, meskipun mereka cuma tahu kami teman Ali.
            “Omong-omong, Ra.” Seli bicara lebih dulu sebelum aku kembali bertanya.
            Aku menatapnya. “Apa?”
            “Kamu jangan terlalu galak kepada Ali, Ra.”
            “Memangnya kenapa?” aku merasakan sesuatu yang ganjil dari cara Seli bicara.
            “Yeah, maksudku…. Dia kan teman baik kita.” Seli tersenyum penuh arti.
            “Terus kenapa?”
            “Dia tidak semenyebalkan itu kok, Ra. Dia genius, selalu tahu banyak hal. Teman yang baik. Dan terlepas dari itu.” Seli menahan tawa, “kalau kamu keseringan galak padanya, lama-lama kamu malah suka sama Ali lho.”
            Wajahku menghangat. Aku hamper saja menimpuk Seli dengan gulungan tisu, menyuruh dia diam. Tapi mana mau Seli diam. Dia terus menggodaku.
            “Lagi pula, Ali itu sebenarnya sangat perhatian padamu, Ra. Coba lihat novel yang kubaca tadi pagi.” Seli terus berkata pelan, sengaja menurunkan intonasi suara karena membahas tentang dunia parallel. “Sejak lama aku meminta Ali mendapatkan novel itu dari Klan Bulan. Tidak pernah dia iyakan, permintaanku dianggap angin lalu. Tapi kemarin pagi, saat aku bilang Raib juga ingin membaca novel itu tapi Raib malu bilang lansung padanya, jadi dia bisa titip saja novelnya padaku, simsalabim, malamnya novel itu sudah dia berikan kepadaku. Entah bagaimana caranya dia mendapatkan novel itu langsung dari Kota Tishri.”
            Seli tertawa lebar.
           Aku betulan menimpuk Seli dengan tisu. Tadi apa Seli bilang, hah? Aku baru tahu bahwa aku dimanfaatkan oleh Seli untuk mendapatkan novel tersebut. Dan, eh, Ali langsung mencari novel itu karena Seli bilang akulah yang ingin membacanya? Itu serius? Sebegitunya Ali mau melakukannya karena aku? Aku yakin wajahku semakin memerah seperti kepiting rebus.

*****

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar