Sabtu, 17 November 2018

EPISODE 3


Hasil gambar untuk gambar novel komet tere liye 

           Tetapi sepanjang hari Ali tetap tidak terlihat. Aku jadi tambah kesal.
          Pelajaran pertama adalah pelajaran biologi. Pak Gun memegang buku absensi, memanggil nama kami satu per satu. Tiba di nama Ali, seperti sudah terbiasa, Pak Gun hanya menghela napas pelan, menatap sekilas meja belakang yang kosong, lalu mencoret buku absen. Ali tidak masuk – tanpa kabar.
          Pagi itu pelajaran biologi membahas tentang fase generatif dan fase vegetative tumbuhan. Bukan pelajaran favoritku, tapi Pak Gun selalu berhasil membuatku memperhatikan pelajaran terlebih saat beliau memutar video tentang satu tumbuhan langka.

          “Perhatikan, Anak-anak!” Suara berat guru usia separuh baya itu terdengar. Tanpa perlu disuruh dua kali, kami sudah memperhatikan sejak tadi. Terutama Johan teman kami yang suka sekali pelajaran biologi.
          “Tumbuh-tumbuhan lazimnya memiliki fase generatif dan fase vegetative dalam pertumbuhannya. Fase generative adalah fase pertumbuhan saat tanaman menimbun karbohidrat untuk pembentukan bunga, buah, biji, serta pemasakan buah. Sedangkan fase vegetative adalah fase saat tanaman menggunakan sebagian besar karbohidrat untuk membentuk akar, batang, daun, pucuk tanaman, dan pembesaran tanaman. Sederhananya, fase generative adalah fase berkembang biak, fase vegetative adalah fase pertumbuhan. Siklus ini bejalan sedemikian rupa, hingga kita bisa melihat, ada musim buah-buahan, ada musim panen, ada musim tanam, dan seterusnya. Pohon durian misalnya, berbuah satu tahun sekali. Ada bulan-bulan ketika pohon durian masuk fase vegetative, kemudian ada bulan-bulan ketika pohon durian masuk fase generative, berbuah.”
          Kami menonton video sambil Pak Gun terus menjelaskan.
          “Dengan teknologi, petani bisa mengubah fase ini menjadi lebih cepat untuk keuntungan produksi pertanian. Dulu tanaman padi mmbutuhkan enam-delapan bulan baru panen, sekarang cukup tiga-empat bulan. Tumbuhan bisa lebih cepat berbuah, bahkan bisa berbuah sepanjang tahun dengan tambahan nutrisi dan pupuk yang tepat. Dalam kasus ini, fase generative dan vegetatifnya berjalan secara serentak.”
          Video terus menayangkan contoh-contoh tumbuhan dengan siklus tersebut.
          “Tapia da tumbuhan yang sangat special di bumi.” Pak Gun diam sejenak – sengaja membuat kami penasaran, mengacungkan pointer ke layar.
          “Inilah pohon coco de mer. Spesies langka dari tumbuhan kelapa, tumbuh di Kepulauan Seychelles, Laut India. Tinggi pohonnya bisa mencapai 25-34 meter, dengan buah raksasa seberat 15-30 kilogram. Inilah buah dengan biji terbesar di seluruh bumi.”
          Aku menonton video yang menunjukkan pohon tersebut.
          “Tapi bukan itu yang membuatnya special, melainkan fakta bahwa tumbuhan ini membutuhkan 80 tahun sekali untuk berbuah dan 7 tahun berikutnya untuk proses mematangkan buah tersebut. Itu berarti 87 tahun atau hamper satu abad, barulah pohon ini menghasilkan buah yang matang.”
          Murid-murid di kelas menatap terpesona.
          “Astaga!” Johan bahkan reflex berseru.
          “Kenapa, Johan?” Tanya Pak Gun.
          “Itu berarti, jangan pernah petani menanam pohon itu, Pak Gun.” Johan mengusap wajah.
          “Kenapa jangan, johan?”
          “Ya buahnya baru bisa dipanen seratus tahun kemudian, setelah satu abad, itu lama sekali.”
          Pak Gun tertawa, diikuti juga oleh tawa teman-teman lain. Seli di sebelahku juga tertawa kecil. Aku melirik ke meja belakang yang kosong. Jika di sana ada Ali, dia pasti hanya akan mendengus pelan, menganggap itu tidak lucu. Tepatnya, Ali mungkin sudah tahu fakta tentang pohon coco de mer ini sejak lama, jadi tidak membuatnya tertarik membahasnya.

0 komentar:

Posting Komentar