Tetapi sepanjang hari Ali tetap tidak terlihat. Aku jadi tambah kesal.
Pelajaran pertama adalah pelajaran biologi. Pak Gun
memegang buku absensi, memanggil nama kami satu per satu. Tiba di nama Ali,
seperti sudah terbiasa, Pak Gun hanya menghela napas pelan, menatap sekilas
meja belakang yang kosong, lalu mencoret buku absen. Ali tidak masuk – tanpa kabar.
Pagi itu pelajaran biologi membahas tentang fase generatif
dan fase vegetative tumbuhan. Bukan pelajaran favoritku, tapi Pak Gun selalu
berhasil membuatku memperhatikan pelajaran terlebih saat beliau memutar video
tentang satu tumbuhan langka.
“Perhatikan, Anak-anak!” Suara berat guru usia separuh baya
itu terdengar. Tanpa perlu disuruh dua kali, kami sudah memperhatikan sejak
tadi. Terutama Johan teman kami yang suka sekali pelajaran biologi.
“Tumbuh-tumbuhan lazimnya memiliki fase generatif dan fase vegetative
dalam pertumbuhannya. Fase generative adalah fase pertumbuhan saat tanaman
menimbun karbohidrat untuk pembentukan bunga, buah, biji, serta pemasakan buah.
Sedangkan fase vegetative adalah fase saat tanaman menggunakan sebagian besar
karbohidrat untuk membentuk akar, batang, daun, pucuk tanaman, dan pembesaran
tanaman. Sederhananya, fase generative adalah fase berkembang biak, fase vegetative
adalah fase pertumbuhan. Siklus ini bejalan sedemikian rupa, hingga kita bisa
melihat, ada musim buah-buahan, ada musim panen, ada musim tanam, dan
seterusnya. Pohon durian misalnya, berbuah satu tahun sekali. Ada bulan-bulan
ketika pohon durian masuk fase vegetative, kemudian ada bulan-bulan ketika
pohon durian masuk fase generative, berbuah.”
Kami menonton video sambil Pak Gun terus menjelaskan.
“Dengan teknologi, petani bisa mengubah fase ini menjadi
lebih cepat untuk keuntungan produksi pertanian. Dulu tanaman padi mmbutuhkan
enam-delapan bulan baru panen, sekarang cukup tiga-empat bulan. Tumbuhan bisa
lebih cepat berbuah, bahkan bisa berbuah sepanjang tahun dengan tambahan
nutrisi dan pupuk yang tepat. Dalam kasus ini, fase generative dan vegetatifnya
berjalan secara serentak.”
Video terus menayangkan contoh-contoh tumbuhan dengan
siklus tersebut.
“Tapia da tumbuhan yang sangat special di bumi.” Pak Gun
diam sejenak – sengaja membuat kami penasaran, mengacungkan pointer ke layar.
“Inilah pohon coco de
mer. Spesies langka dari tumbuhan kelapa, tumbuh di Kepulauan Seychelles,
Laut India. Tinggi pohonnya bisa mencapai 25-34 meter, dengan buah raksasa seberat
15-30 kilogram. Inilah buah dengan biji terbesar di seluruh bumi.”
Aku menonton video yang menunjukkan pohon tersebut.
“Tapi bukan itu yang membuatnya special, melainkan fakta
bahwa tumbuhan ini membutuhkan 80 tahun sekali untuk berbuah dan 7 tahun
berikutnya untuk proses mematangkan buah tersebut. Itu berarti 87 tahun atau hamper
satu abad, barulah pohon ini menghasilkan buah yang matang.”
Murid-murid di kelas menatap terpesona.
“Astaga!” Johan bahkan reflex berseru.
“Kenapa, Johan?” Tanya Pak Gun.
“Itu berarti, jangan pernah petani menanam pohon itu, Pak
Gun.” Johan mengusap wajah.
“Kenapa jangan, johan?”
“Ya buahnya baru bisa dipanen seratus tahun kemudian,
setelah satu abad, itu lama sekali.”
Pak Gun tertawa, diikuti juga oleh tawa teman-teman lain. Seli
di sebelahku juga tertawa kecil. Aku melirik ke meja belakang yang kosong. Jika
di sana ada Ali, dia pasti hanya akan mendengus pelan, menganggap itu tidak
lucu. Tepatnya, Ali mungkin sudah tahu fakta tentang pohon coco de mer ini sejak lama, jadi tidak membuatnya tertarik
membahasnya.
0 komentar:
Posting Komentar